Minggu, 01 November 2009

BELAJAR BERKATA CUKUP

Seringkali diri meminta perkara yang macam-macam seolah-olah itulah yang terbaik untuk diri. Persoalannya, tahukah diri kita apa yang terbaik untuk diri?

Kalau diri dilahirkan miskin, sering berdoa untuk menjadi kaya. Hendak mengubah kehidupan, kita kata. Tapi pastikah kejayaan itu yang terbaik buat diri?

Atau diri dilahirkan pendek, atau terlalu tinggi, atau hitam atau berpenyakit. Tentunya diri mengharap-harap keajaiban untuk menjadi manusia yang sempurna atau sekurang-kurangnya “just nice”.
Mungkin juga diri terlibat dalam kecelakaan yang mengorbankan orang yang tersayang. Pasti terbesit dalam hati keinginan untuk mengembalikan masa itu supaya kemalangan dapat dielakkan dan nyawa orang kesayangan juga selamat, kan?

Persoalannya, adakah apa yang diri perolehi sekarang ini bukan yang terbaik? Adakah Alloh itu zalim atau pilih kasih dengan memberi sebagian orang nikmat manakala sebagian yang lain lagi adzab? Bukankah Alloh itu Maha Adil? Bukankah Alloh itu Maha Mengetahui? Bukankah Alloh itu Maha Bijaksana? Jika begitu, mengapakah ada sebagian yang bernasib malang manakala sebagian yang lain bernasib baik sepanjang hidup mereka?

Kadangkala tatkala diri berdoa, diri sendiri kurang paham dengan apa yang diminta. Ada orang berdoa minta selamat. Akan tetapi Allah berikan dia dari sehat jatuh sakit. Dari kaya jatuh miskin. Dari jelita jadi buruk. Bagaimana itu? Itu hanyalah sebagai ujian kesabarannya. Seandainya imannya tetap kuat, insya Allah dia akan selamat di akhirat kelak.

Selamat juga, bukan? Adakah Allah menolak permintaannya? Tidak! Bahkan Allah meletakkannya ke tempat yang lebih tinggi.

Begitu juga dengan keadaan saya baru-baru ini. Hidup di kelilingi hutang menumpuk. Pening kepala mau bayar. Bunga makin meningkat. Ibu mana yang tak kasihan lihat anaknya susah hati? Suatu hari itu Ibu saya beritahu saya yang dia tiap-tiap hari berdoa minta saya dapat banyak duit. Dia simpati dengan saya, katanya.
aya katakan kepada beliau. Kalau banyak duit, tiap tiap bulan saya dapat, Alhamdulillah. Saya katakan pada beliau kalau berdoa untuk saya, doakanlah semoga hutang saya selesai.

Saya beritahu kepada beliau ketika sebelum Zuhur. Zuhur itu juga beliau telah tukar doanya dan Alhamdulillah, petang itu juga saya nampak jalan penyelesaiannya. Doa Ibu itu berkat. Sekarang, Alhamdulillah ringan rasanya beban di kepala saya. Maha Suci Allah …..

Apabila Allah menentukan sesuatu ke atas diri, yakinilah itu adalah yang terbaik. Hanya mata diri yang diseliputi dengan nafsu yang tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada sesuatu kejadian. Mengapa sukar bagi diri untuk ridla kepada ketetapan Allah? Karena senantiasa melihat apa yang ada pada orang lain itu lebih baik dari apa yang diri miliki.

Sedang Nabi Shalallahu ‘alayhi wassalam telah menasehatkan agar melihat orang yang dibawah. Jangan melihat orang yang lebih tinggi karena itu akan membuat diri tidak bersyukur. Dan itulah masalahnya pada diri. Senantiasa mengejar peluang yang lebih baik. Senantiasa maukan yang lebih banyak.

Cukup atau tidak apa yang diri ada, bergantung kepada cukup atau tidak diri bersyukur ke hadirat Allah. Juga bergantung cukup cukup atau tidak mengekang nafsu diri. Yang penting tiap kali selepas shalat, berdoalah kepada Allah berikan yang terbaik buat diri.

Nabi pernah memberitahu, orang yang tidak berdoa selepas shalat adalah orang yang sombong.

Ya Allah! Ampunkanlah kami Ya Allah. Selama ini kami lalai. Selama ini kami lalai dalam mengejar nikmat dunia hingga kami lupa janji nikmat syurga Mu. Cukupkanllah kami dengan apa yang kau beri. Dan jadikanlah kami insan yang tahu bersyukur. Amin…Ya Rabbal ‘Alamin…

MARI BELAJARUNTUK BERKATA CUKUP

“….Sesungguhnya Allah senantiasa melimpah – limpah karuniaNya kepada manusia (seluruhnya), tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” ( Al Baqarah : 243 )

“ dan apabila Kami karuniakan nikmat kepada manusia, berpalinglah ia serta menjauhkan diri ( dari bersyukur ); dan apabila ia merasai kesusahan, jadilah ia berputus asa.” ( Al-Israa’: 83 )

“ Dan terhadap nikmat Rabb-mu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).’ (Ad Dhuha: 11)

1 komentar: