Kamis, 01 Oktober 2009

TANGISAN SEBATANG KAYU

Hadits tentang tangisan sebatang kayu kurma termasuk sangat masyhur dan tersebar luas. Riwayatnya mutawatir yang dikeluarkan oleh para ahli hadits dan diriwayatkan oleh sebagian para sahabat, diantaranya Ubai bin Ka’ab, Jabir bin Abdullah, Anas bin malik, Abdullah bin Umar, Ummu salamah, dan Muthalib bin Abi Wadda’ah; semuanya menceritakan riwayat semakna dengan hadits ini.
Diantara hadits yang menceritakan tentang sebatang kayu kurma itu ialah saat Nabi saw berkhutbah di samping kayu itu pada hari Jum’at.
Ibnu Umar ra menceritakan :” Nabi saw pernah berkhutbah di samping sebatang kayu. Pada saat beliau dibuatkan mimbar, beliaupun menggunakan mimbar, maka menangislah kayu itu. Nabi saw pun mendatangi dan mengusap kayu itu dengan tangannya kepada kayu itu “(HR. Bukhari)
Jabir bin ‘Abdillah ra menceritakan kepada kami seraya berkata: “ Dahulu Nabi saw pada hari jum’at berdiri di samping sebatang kayu atau kayu kurma, lalu seorang wanita dari kalangan Anshar berkata :” Wahaiu Rasullullah, maukah engkau kami buatkan sebuah mimbar?’ Beliau saw menjawab:’(jika kalian mau buatlah), lalu kami membuatkan mimbarnya.
Pada saat hari jum’at tiba, beliau saw keluar menuju mimbar,maka menjeritlah kayu kurma seperti tangisan bayi. Lalu Nabi pun turun kemudian mendekap kayu itu yang merintih seperti seorang anak kecil.
Jabir ra berkata: kayu kurma itu menangis karena kebiasaannya dahulu mendengar dzikir yang diucapkan di sisinya. (HR.Bukhari)
Dari Anas bin Malik ra, ia berkata : Nabi saw pernah berkhutbah di samping sebatang kayu. Pada saat itu, beliau saw dibuatkan mimbar. Beliau saw pergi ke mimbar itu, lantas kayu itu menjerit,(maka) Nabi saw pun mendatanginya & mendekapnya. Kayu itu pun diam. Beliau saw bersabda: ‘seandainya aku tidak mendekapnya, ia akan menjerit hingga hari kiamat’.(HR Ibnu Majah & dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih Ibnu Majah, no 1162).
Ibnu Hajar berkata: Sesungguhnya tangisan sebatang kayu dan terbelahnya bulan dinukil dari keduanya dengan banyaknya nukilan, yang memberikan faedah secara pasti bagi para imam ahli hadits yang meneliti jalan-jalan tersebut. ( Fat-hul-Bari,6/685 ).
Ibnu Katsir berkata : ‘sesungguhnya perkataannya ( Imam Syafi’i ) bahwa ini lebih besar darinya, karena sebatang kayu bukanlah termasuk makhluk hidup(seperti manusia). Dan bersamaan itu pula terdapat padanya perasaan dan cinta tatkala beliau berpindah darinya kepada mimbar, lalu menangis seperti suara tangisan unta hamil, sehungga Rasulullah saw turun dari mimbar lalu memeluknya’.( lihat Bidayah wa Nihayah,6/276 ).
Dahulu, tatkala al-Hasan menceritakan hadits ini, ia menangis dan berkata : “ Wahai ma’asyiral muslimin, sebatang kayu menangis karena rindu kepada Rasulullah saw, maka kalian lebih pantas untuk merindukan perjumpaan dengannya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar